
Tradisi “Pleretan” Bentuk Syukur di Musim Tanam Padi
    
Minggu, Februari 09, 2020   
 
SeputarBojonegoro.com - Warga desa Ngujo kecamatan Kalitidu kabupaten Bojonegoro pagi ini Minggu, 09 Februari 2020 menggelar tradisi "Pleretan" yang merupakan wujud  syukur atas berkah pada musim tanam padi tahun ini. 
Tradisi ini sudah berlangsung secara turun temurun sejak nenek moyang terdahulu, Sejumlah warga yang memiliki garapan padi mengadakan syukuran (Pleretan) bersama-sama di balai desa setempat. 
Zainudin, kepala desa Ngujo menuturkan, “Kegiatan ini bertujuan untuk memanjatkan rasa syukur kepada Allah SWT atas limpahan berkah sehingga para petani bisa panen dengan hasil yang menggembirakan serta harapan para petani supaya terhindar dari segala jenis penyakit tanaman hingga panen nanti”. 
Acara syukuran pleretan digelar secara sederhana di Balai Desa Ngujo, setiap warga yang datang membawa masing-masing nampan berisi Pleret dan makanan lain. 
Setelah dibacakan do'a warga yang ikut hadir dalam acara ini memakan sedikit nampan yang berisi pleret dan sisanya akan dibawa pulang kerumah mereka masing-masing, harapannya mendapatkan berkah dan melimpah.
Pleret itu sendiri sebenarnya merupakan sejenis panganan tradisional yang berbahan dasar ketan, mula-mula ketan digiling dijadikan tepung dan diolah sedemikian rupa, hingga menghasilkan bermacam-macam, mulai dari warna, bentuknya pun ada yang seperti daun, ulat, begitu juga pembuatannya juga dari pelepah pisang. [qoh/sbc]
 














 Salah satu yang cukup melegenda dari Bumi Angkling Dhama ini adalah wedang tapenya. Wedang tape disini berbeda dengan wedang tape Solo, sebab di Bojonegoro ini wedang tapenya dibuat dari tape ketan hitam yang disajikan dengan santan panas. Benar-benar mak nyuusss.
Salah satu warung wedang tape yakni di Jalan KH Mansyur Bojonegoro. Sudah ada sejak dekade 1950-an, penjual yang sekarang ini adalah generasi ketiga. Maka tak heran jika yang berkunjung selalu ramai, apalagi pada momen-momen seperti mudik lebaran. Mereka-mereka yang sudah jadi langganan tetap selalu menyempatkan mampir kesini.
Salah satu yang cukup melegenda dari Bumi Angkling Dhama ini adalah wedang tapenya. Wedang tape disini berbeda dengan wedang tape Solo, sebab di Bojonegoro ini wedang tapenya dibuat dari tape ketan hitam yang disajikan dengan santan panas. Benar-benar mak nyuusss.
Salah satu warung wedang tape yakni di Jalan KH Mansyur Bojonegoro. Sudah ada sejak dekade 1950-an, penjual yang sekarang ini adalah generasi ketiga. Maka tak heran jika yang berkunjung selalu ramai, apalagi pada momen-momen seperti mudik lebaran. Mereka-mereka yang sudah jadi langganan tetap selalu menyempatkan mampir kesini. 































 

 
 
 
 
 


